Evaluasi Sistem Surveilans Filariasis di Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat: Analisis Tantangan dan Rekomendasi Perbaikan
DOI:
https://doi.org/10.54082/jupin.1325Kata Kunci:
Aceh Barat, Filariasis, Kesehatan Masyarakat, Surveilans Epidemiologi, Sistem PelaporanAbstrak
Filariasis masih menjadi masalah kesehatan di Kabupaten Aceh Barat, sehingga diperlukan sistem surveilans yang efektif. Untuk mengidentifikasi kasus secara cepat, meningkatkan upaya pengendalian, dan mendukung strategi pengendalian filariasis, diperlukan peningkatan sistem surveilans yang lebih akurat dan efektif. Namun, kendala dalam pelaksanaan surveilans dapat memengaruhi efektivitas pengendalian penyakit ini. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi secara deskriptif sistem surveilans filariasis di Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat untuk mengidentifikasi tantangan serta memberikan rekomendasi perbaikan. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif melalui wawancara mendalam, observasi, dan analisis dokumen. Data dikumpulkan dari tenaga surveilans Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat dan dianalisis dengan metode evaluatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun sistem pencatatan dan pelaporan berjalan baik, masih terdapat kendala dalam sumber daya manusia, keterlambatan pelaporan, serta cakupan pemantauan daerah endemis. Keterbatasan tenaga epidemiologi dan kurangnya pelatihan tenaga surveilans menjadi hambatan utama dalam efektivitas sistem ini.
Untuk meningkatkan efektivitas surveilans filariasis, diperlukan peningkatan kapasitas tenaga surveilans, optimalisasi sistem pelaporan digital, serta penguatan koordinasi lintas sektor. Penelitian ini merekomendasikan peningkatan kapasitas SDM, peningkatan koordinasi antar instansi, dan penyempurnaan sistem pelaporan agar surveilans filariasis di Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat dapat lebih efektif dalam mendeteksi dan mengendalikan penyebaran penyakit ini.
Referensi
Amiruddin. (2013). Surveilans Kesehatan Masyarakat (Cetakan Pertama). IPB Press.
Anggraini, R., & Umbul, C. W. (2016). Evaluation of Measles Surveilance System in the Health Office of Bangkalan. Jurnal Wiyata, 3(2), 174–186. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.56710/wiyata.v3i2.89
Arwanti, D., & Sabilu, Y. (2016). Implementation of Epidemiological Surveillance Throughout Local Government Clinic of Kendari City in 2016. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 3–4.
Barrett, M. A., Humblet, O., Hiatt, R. A., & Adler, N. E. (2013). Big Data and Disease Prevention: From Quantified Self to Quantified Communities. Big Data, 1(3), 168–175. https://doi.org/10.1089/big.2013.0027
BPS. (2024). Jumlah Penduduk Hasil Proyeksi Sensus Penduduk 2020 menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota (Jiwa), 2023-2024.
Ehrens, A., Hoerauf, A., & Hübner, M. P. (2022). Current Perspective of New Anti-Wolbachial and Direct-Acting Macrofilaricidal Drugs As Treatment Strategies for Human Filariasis. GMS Infectious Diseases, 10, 1–14. https://doi: 10.3205/id000079
Fitriyana, F., Sukendra, D. M., & Windraswara, R. (2018). Distribusi Spasial Vektor Potensial Filariasis dan Habitatnya di Daerah Endemis. HIGEIA (Journal of Public Health Research and Development), 2(2), 320–330. https://doi.org/10.15294/higeia.v2i2.17851
Florentji, F., Benu, A., Isfandiari, M. A., & Pramono, E. (2024). Tuberculosis Surveillance System Evaluation in Blitar District: Study of System Approach and Attributes. Jurnal Berkala Epidemiologi, 12(1), 88–97. https://doi.org/10.20473/jbe.v12i12024.88
Ghozali, J. A. (2017). Evaluasi Kegiatan Surveilans Epidemiologi di Pelabuhan dalam Upaya Pencegahan Wabah Flu Burung (Studi Kasus di Pelabuhan Malundung KKP Kelas II Tarakan). The Indonesian Journal of Public Health, 11(1), 99. https://doi.org/10.20473/ijph.v11i1.2016.99-109
Hasnanisa, N., Prasetyo, S., & Burhanudin, A. (2022). Evaluasi Sistem Surveilans Tuberkulosis di Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jurnal Biostatistik, Kependudukan, dan Informatika Kesehatan, 2(3), 167. https://doi.org/10.51181/bikfokes.v2i3.5960
Hay, S. I., George, D., Moyes, C., & Brownstein, J. (2013). Big Data Opportunities for Global Infectious Disease Surveillance. PLoS Medicine, 10(4). https://doi.org/10.1371/journal.pmed.1001413
Ipa, M., Astuti, E. P., Ruliansyah, A., Wahono, T., & Hakim, L. (2014). Gambaran Surveilans Filariasis di Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat. Jurnal Ekologi Kesehatan, 13(2), 165–164.
Junaedi, G. S. (2022). Efektivitas Sistem Pelaporan Cepat Berbasis Google Form di Satpol PP Provinsi Jawa Barat. Jurnal Konstituen, 4(1), 40–58. https://doi.org/10.33701/jk.v4i1.2588
Kemenkes RI. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 94 Tahun 2014 Tentang Penanggulangan Filariasis.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1116/Menkes/SK/VIII/2003 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan Menteri, 49 Goverment Regulation 1 (2003).
Maharani, B. E., & Hargono, A. (2014). Penilaian Atribut Surveilans Campak Berdasarkan Persepsi Petugas Surveilans Puskesmas di Surabaya. Berkala Epidemiologi, 2(2), 171–183.
Masturoh, I., Sugiarti, I., & Riandi, M. U. (2021). Evaluasi Sistem Surveilans Demam Berdarah Dengue di Kota Tasikmalaya. Balaba: Jurnal Litbang Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Banjarnegara, 1, 57–72. https://doi.org/10.22435/blb.v17i1.4247
Medeiros, Z. M., Vieira, A. V. B., Xavier, A. T., Bezerra, G. S. N., Lopes, M. de F. C., Bonfim, C. V., & Aguiar-Santos, A. M. (2022). Lymphatic filariasis: A systematic review on morbidity and its repercussions in countries in the americas. International Journal of Environmental Research and Public Health, 19(1). https://doi.org/10.3390/ijerph19010316
Novita R. (2019). Dampak perubahan iklim terhadap timbulnya penyakit tular nyamuk terutama Limfatik Filariasis. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Timbulnya Penyakit Tular Nyamuk Terutama Limfatik Filariasis, 5(1), 30–39. https://dx.doi.org/10.22435/jhecds.v5i1.1583
Nurjana, M. A., Anastasia, H., Widjaja, J., Srikandi, Y., Nur Widayati, A., Murni, M., Sumolang, P. P. F., Kurniawan, A., Mujiyanto, M., & Resmiwaty, R. (2020). Program Pengendalian Filariasis di Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah. Jurnal Vektor Penyakit, 14(2), 103–112.
Nurmaliani, R., & Arisanti, M. (2020). Penanggulangan Filariasis di Kabupaten Ogan Komering. SPIRAKEL, 12(2), 93–99. https://doi.org/10.22435/spirakel.v12i2.3444
Nuryani, S., Nursilmi, D. L., & Dina, S. (2021). Tuberculosis di Rumah Sakit Umum X Kota Bandung. Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(11), 1601–1607. https://doi.org/10.59141/cerdika.v1i11.232
Polak, F. F., Sumampouw, O. J., & Pinontoan, O. R. (2020). Evaluation of the Implementation of Surveillance for Corona Virus Disease 2019 at Sam Ratulangi International Airport Manado in 2020. Indonesian Journal of Public Health and Community Medicine, 1(3), 55–61.
Rimonda, R., Saputra, F. F., & Paradhiba, M. (2024). Gambaran Pelaksanaan Surveilans DBD di Puskesmas Meurebo Berbasis Pendekatan Sistem dan Atribut Surveilans. 11(2356–2528), 162–174. https://doi.org/10.55500/jikr.v11i2.235
Rubianti, I. (2023). Evaluasi Surveilans Kasus Penyebaran Demam Berdarah Dengue di Kota Bima. JUKEJ : Jurnal Kesehatan Jompa, 2(1), 138–142. https://doi.org/10.57218/jkj.vol2.iss1.738
Santoso, S., Yahya, Y., Supranelfy, Y., & Wurisastuti, T. (2021). Situasi Filariasis Limfatik di Daerah Pasca Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) dan Pasca Eliminasi di Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Belitung. Buletin Penelitian Kesehatan, 49(3), 183–192. https://doi.org/10.22435/bpk.v49i3.4620
Shintya, D., Masrizal, M., Siswati, S., & Fachrurrozi, A. (2023). Evaluasi Sistem Surveilans Penyakit Filariasis di Dinas Kesehatan Kabupaten Lima Puluh Kota. Jurnal Ilmu Kesehatan, 7(2), 270. https://doi.org/10.33757/jik.v7i2.720
Siregar, P. A., Ashar, Y. K., & Sakilla, M. (2021). Manajemen Surveilans Covid-19 di Wilayah Kerja Bandar Udara Internasional Hang Nadim. Journal of Health Epidemiology and Communicable Diseases, 6(2), 73–81. https://doi.org/10.22435/jhecds.v6i2.3989
Sitepu, F. Y., Suprayogi, A., & Pramono, D. (2012). Evaluasi Dan Implementasi Sistem Surveilans Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kota Singkawang, Kalimantan Barat. Balaba, 8(01), 26–29.
Sutriyawan, A., Yusuff, A. A., Fardhoni, F., & Cakranegara, P. A. (2022). Analisis Sistem Surveilans Epidemiologi Demam Berdarah Dengue (DBD): Studi Mixed Method. Jurnal Manajemen Kesehatan Yayasan RS. Dr. Soetomo, 8(1), 137. https://doi.org/10.29241/jmk.v8i1.935
Tripathi, B., Roy, N., & Dhingra, N. (2022). Introduction of Triple-Drug Therapy for Accelerating Lymphatic Filariasis Elimination in India: Lessons Learned. The American Journal of Tropical Medicine and Hygiene, 106(5), 29–38. https://doi.org/10.4269/ajtmh.21-0964
Wadoe, C. M., Manurung, I. F. E., & Limbu, R. (2023). Gambaran Pelaksanaan Surveilans Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Sabu Raijua. Malahayati Nursing Journal, 5(11), 3856–3868. https://doi.org/10.33024/mnj.v5i11.10088
WHO. (2022). Towards Eliminating Lymphatic Filariasis: Progress in The South-East Asia Region.
WHO. (2024). Lymphatic filariasis.
Zumaroh. (2015). Evaluasi Pelksanaan Surveilans Kasus Demam Berdarah Dengue di Puskesmas Putat Jaya Berdasarkan Atribut Surveilans. Jurnal Berkala Epidemiologi, 3(1).
Unduhan
Diterbitkan
Cara Mengutip
Terbitan
Bagian
Lisensi
Hak Cipta (c) 2025 Mardi Fadillah, Eva Flourentina Kusumawardani, Onetusfifsi Putra, Perry Boy Chandra Siahaan, Firman Firdauz Saputra, Aulia Artika

Artikel ini berlisensi Creative Commons Attribution 4.0 International License.